Upacara Pemakaman Di Jepang

Upacara Pemakaman Di Jepang

Pengantar tentang Upacara Pemakaman di Jepang

Apakah Anda penasaran dengan tradisi dan budaya yang melingkupi upacara pemakaman di Jepang? Negara ini memiliki warisan yang kaya dalam hal ritual perpisahan yang penuh makna. Dalam artikel ini, kami akan membawa Anda menjelajahi dunia upacara pemakaman di Jepang, mulai dari tradisi dan keyakinan yang mendasarinya hingga tahapan-tahapan penting dalam pelaksanaannya. Bergabunglah dengan kami untuk mengetahui lebih lanjut tentang bagaimana cara mengikuti tradisi ini dan mempelajari simbolisme serta makna mendalam di balik setiap langkahnya. Siapkan diri Anda untuk meresapi budaya unik Jepang saat kita mengupas sejarah upacara pemakaman yang mencerminkan keindahan spiritual mereka!

Pengantar tentang Upacara Pemakaman di Jepang

Jepang dikenal dengan budaya yang kaya dan beragam, termasuk dalam tradisi upacara pemakaman mereka. Upacara ini merupakan momen penting bagi masyarakat Jepang untuk mengucapkan perpisahan terakhir kepada orang yang telah meninggal dunia.

Upacara pemakaman di Jepang didasarkan pada keyakinan spiritual yang kuat. Masyarakat Jepang meyakini bahwa jiwa orang yang meninggal akan melanjutkan kehidupannya setelah kematian dan masih memiliki pengaruh terhadap kehidupan keluarga yang ditinggalkannya.

Tahapan-tahapan dalam upacara pemakaman di Jepang sangat terorganisir dan dipenuhi dengan simbolisme mendalam. Sebelum dimulai, prosesi pemindahan jenazah dari rumah sakit atau tempat lainnya menuju tempat peristirahatan sementara dilakukan dengan hati-hati dan penuh hormat.

Selama upacara, ada ritual membersihkan tubuh mayat secara simbolis menggunakan air suci. Selain itu, upacara juga melibatkan doa-doa oleh pendeta Shinto atau biksu Buddha sebagai bentuk permohonan agar roh almarhum dapat tenang dan bahagia di alam baka (dunia akhirat).

Salah satu hal penting dalam upacara pemakaman di Jepang adalah persembahan makanan kepada arwah orang yang telah meninggal. Ini dilakukan sebagai tanda penghormatan dan cara memberikan energi serta dukungan kepada roh almarhum selama perjalanan spiritualnya.

Upacara pemakaman di Jepang memiliki sejumlah tahapan yang harus diikuti dengan penuh hormat dan ketertiban. Setiap langkah dalam upacara ini memiliki makna mendalam dan merupakan perwujudan dari keyakinan spiritual masyarakat Jepang.

Meskipun terdengar serius, upacara pemakaman di Jepang juga menjadi kesempatan bagi keluarga, kerabat, dan teman-teman untuk berkumpul kembali dan mengenang almarhum. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun terpisah secara fisik, hubungan sosial dan emosional masih tetap kuat setelah kematian.

Dengan demikian, upacara pemakaman di Jepang bukan hanya sekadar prosesi penguburan jenazah, tetapi juga merupakan momen penting dalam mempererat hubungan antara manusia dengan alam spiritual serta menghormati keberadaan orang yang telah meninggal dunia.

Dengan adanya upacara pemakaman yang sarat makna ini, kita dapat melihat betapa dalamnya pengaruh tradisi dan budaya dalam kehidupan sehari hari.

Tradisi dan Keyakinan yang Mendasari Upacara Pemakaman Jepang

Tradisi dan Keyakinan yang Mendasari Upacara Pemakaman Jepang memiliki akar yang kuat dalam budaya dan kepercayaan masyarakat Jepang. Upacara pemakaman di Jepang dipengaruhi oleh dua keyakinan utama, yaitu Shintoisme dan Buddhisme.

Dalam tradisi Shinto, kematian dianggap sebagai perpindahan jiwa dari dunia ini ke dunia lain. Oleh karena itu, upacara pemakaman dilakukan untuk memberikan penghormatan kepada roh orang yang meninggal dengan cara menjaga kemurnian ruhani mereka. Selain itu, adanya purifikasi melalui ritual penyucian merupakan bagian penting dari upacara pemakaman Shinto.

Sementara itu, dalam Buddhisme, upacara pemakaman membawa harapan untuk reinkarnasi atau kelahiran kembali menuju kehidupan setelah mati. Keyakinan akan karma juga mempengaruhi pelaksanaan upacara tersebut. Para anggota keluarga melakukan berbagai ritus dan doa agar roh orang yang meninggal bisa mendapatkan kondisi terbaik saat menjalani proses reinkarnasi.

Satu lagi aspek unik dari upacara pemakaman di Jepang adalah perhatian pada simbolisme tertentu yang ada dalam setiap tahapannya. Misalnya, saat memasuki tempat pemakaman harus melewati pintu gerbang torii merah yang menjadi simbol kesucian agama Shinto. Begitu juga dengan penggunaan bunga-bunga tertentu seperti bunga sakura atau chrysanthemum sebagai tanda dukungan emosional kepada keluarga korban.

Dengan kekayaan tradisi dan keyakinan yang mendasari upacara pemakaman Jepang, proses ini menjadi lebih dari sekadar sebuah kegiatan formal untuk memberikan penghormatan kepada orang yang meninggal. Upacara pemakaman di Jepang memiliki makna yang dalam bagi masyarakatnya dan merupakan wujud rasa hormat mereka terhadap siklus kehidupan dan kematian.

Tahapan-tahapan dalam Upacara Pemakaman Jepang

Upacara pemakaman di Jepang memiliki beberapa tahapan yang dilakukan dengan penuh kecermatan dan hormat. Tahap pertama adalah persiapan jenazah, dimana keluarga memandikan tubuh almarhum dan mengenakan baju khusus yang disebut “kofuku”. Setelah itu, jenazah akan diletakkan di peti mati yang biasanya terbuat dari kayu.

Tahap selanjutnya adalah prosesi pemakaman atau “soushiki”, dimana peti mati dibawa menuju tempat peristirahatan terakhir. Biasanya prosesi ini dilakukan dengan menggunakan mobil jenazah atau tandu tradisional yang disebut “mikoshi”. Selama prosesi, anggota keluarga dan kerabat dekat juga ikut berjalan bersama untuk menunjukkan dukungan mereka kepada almarhum.

Setelah sampai di tempat peristirahatan terakhir seperti kuil atau pemakaman umum, upacara penguburan pun dilakukan. Upacara ini dipimpin oleh seorang pendeta Shinto atau biksu Buddha sesuai dengan keyakinan agama keluarga almarhum. Doa-doa khusus akan dibaca untuk memberikan kedamaian bagi arwah sang almarhum.

Selanjutnya adalah upacara persembahan makanan kepada arwah, yang disebut “Kamidana” dalam agama Shinto atau “Butsudan” dalam agama Buddha. Makanan-makanan tertentu seperti nasi putih dan teh hijau disiapkan sebagai simbol penghormatan kepada almarhum. Keluarga juga melakukan upacara doa dan membaca sutra atau mantra untuk memohon keselamatan bagi arwah sang almarhum.

Tahap terakhir adalah pembagian “kokubetsu”, yaitu pemberian kenang-kenangan kepada para tamu yang hadir. Kenang-kenangan tersebut biasanya berupa makanan kecil atau permen yang dibungkus dengan kertas khusus yang disebut “osoji”.

Setelah upacara pemakaman selesai, keluarga dan kerabat dekat akan mengadakan jamuan makan malam bersama untuk merayakan hidup sang almarhum dan mengenang kenangan bersama. Upacara pemakaman di Jepang dilakukan dengan sangat serius, sopan, dan penuh hormat sebagai bentuk penghormatan terakhir kepada almarhum.

Perbedaan dengan Upacara Pemakaman di Negara Lain

Setiap budaya memiliki cara yang berbeda dalam menghormati dan mengurus orang yang telah meninggal dunia. Begitu juga dengan upacara pemakaman di Jepang, yang memiliki perbedaan signifikan dibandingkan dengan upacara pemakaman di negara lain.

Salah satu perbedaan utama adalah penggunaan baju atau pakaian saat menghadiri upacara pemakaman. Di Jepang, tamu yang hadir akan menggunakan pakaian formal seperti kemeja putih dan dasi hitam untuk laki-laki, serta dress atau kimono hitam untuk wanita. Hal ini bertujuan untuk menunjukkan rasa hormat dan kesedihan atas kepergian orang terkasih.

Selain itu, dalam tradisi Jepang, keluarga yang ditinggalkan tidak hanya menyediakan makanan bagi para tamu sebagai simbol keramahan, tetapi juga memberikan uang sebagai bentuk penghargaan atas kehadiran mereka. Uang tersebut biasanya diberikan kepada keluarga almarhum setelah selesai acara pemakaman.

Seiring perkembangan zaman dan globalisasi, beberapa budaya asing juga mempengaruhi pelaksanaan upacara pemakaman di Jepang. Misalnya saja penggunaan peti mati kayu alami digantikan oleh peti mati beserta bantal-bantal berwarna-warni seperti halnya pada budaya Barat.

Meskipun ada perubahan-perubahan ini, nilai-nilai inti dari upacara pemakaman di Jepang tetap dipertahankan: rasa hormat kepada orang yang telah meninggal, penghormatan terhadap keluarga yang ditinggalkan, dan kesadaran akan siklus kematian dan kehidupan.

Simbolisme dan Makna di Balik Setiap Tahap Upacara Pemakaman Jepang

Simbolisme dan makna di balik setiap tahap upacara pemakaman Jepang sangatlah kaya dan mendalam. Setiap elemen dalam upacara ini memiliki arti simbolis yang penting bagi keluarga yang ditinggalkan.

Salah satu simbol penting dalam upacara pemakaman Jepang adalah penggunaan wadah air untuk mencuci tangan sebelum memasuki ruangan pemakaman. Ini melambangkan pembersihan diri secara fisik maupun spiritual sebelum berada di hadapan orang yang telah meninggal dunia.

Selain itu, ada juga pembacaan sutra oleh pendeta atau rohaniwan sebagai bagian dari upacara. Sutra-sutra ini mengandung ajaran Buddhis tentang kehidupan dan kematian serta harapan agar jiwa yang meninggal dapat melanjutkan perjalanannya dengan damai.

Pemilihan bunga sebagai hiasan juga tidak luput dari simbolisme. Mawar putih sering digunakan karena mewakili kesucian dan penghormatan kepada almarhum. Bunga-bunga lain seperti sakura atau chrysanthemum juga memiliki makna tertentu terkait dengan siklus kehidupan manusia.

Tidak hanya itu, prosesi pelepasan arwah (nokotsudo) juga menjadi momen penting dalam upacara pemakaman Jepang. Keluarga melemparkan abu jenazah ke dalam api unggun sebagai bentuk perpisahan akhir dengan orang yang telah tiada, melambangkan transformasi dari benda fana menjadi energi spiritual yang bebas berkeliaran.

Setiap tahap dalam upacara pemakaman Jepang memiliki simbolisme yang unik dan makna mendalam. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya upacara ini bagi masyarakat Jepang dalam menghormati dan menghormati jiwa orang yang telah meninggal.

Pengantar tentang Upacara Pemakaman di Jepang

Upacara pemakaman di Jepang merupakan bagian penting dari budaya dan tradisi yang kaya. Di negara ini, upacara pemakaman tidak hanya sekadar perpisahan terakhir dengan orang yang meninggal, tetapi juga menghormati roh mereka dan melibatkan keyakinan religius.

Tradisi ini telah ada sejak zaman kuno dan masih sangat dihormati hingga saat ini. Dalam upacara pemakaman di Jepang, terdapat beberapa tahapan yang harus dilalui dengan hati-hati dan penuh perhatian.

Satu hal yang membedakan upacara pemakaman di Jepang dengan negara lain adalah adanya dua jenis agama utama yang dipraktikkan: Shintoisme dan Buddhisme. Kedua agama tersebut memiliki ritual-ritual tertentu dalam upacara pemakaman mereka.

Selain itu, aspek simbolis juga menjadi bagian tak terpisahkan dari setiap tahap dalam upacara pemakaman. Mulai dari persiapan jenazah hingga penguburan atau pembakaran, setiap langkah memiliki makna mendalam untuk mengantarkan arwah ke dunia selanjutnya.

Dalam pelaksanaannya, keluarga kerabatlah yang bertugas menjalankan semua persiapan dan detail acaranya. Mereka akan merencanakan segala sesuatunya dengan cermat agar dapat memberikan penghormatan terbaik bagi orang yang telah meninggal.

Terkait pakaian untuk upacara pemakaman di Jepang, biasanya ditentukan oleh agama atau tradisi keluarga. Umumnya, warna hitam merupakan pilihan yang umum digunakan. Namun, beberapa keluarga juga memperbolehkan warna-warna lembut seperti putih atau abu-abu.

Dengan begitu banyak simbolisme dan makna yang terkandung dalam setiap tahapan upacara pemakaman di Jepang, dapat dipahami bahwa tradisi ini merupakan bagian penting dari budaya Jepang yang mencerminkan keindahan spiritual mereka. Upacara ini tidak hanya sekadar perpisahan dengan orang yang telah meninggal, tetapi juga sebagai bentuk ungkapan penghormatan terhadap siklus kehidupan dan kematian.

Sekarang Anda telah mengetahui dasar-dasar tentang upacara pemakaman di Jepang, mari kita semua menghormati dan menghargai tradisi ini sebagai bagian dari warisan budaya yang unik.

Budaya dan Tradisi Jepang yang Mempengaruhi Upacara Pemakaman

Jepang terkenal dengan budayanya yang kaya dan unik. Salah satu aspek dari budaya Jepang yang sangat ditekankan adalah upacara pemakaman. Budaya dan tradisi Jepang memainkan peran penting dalam membentuk cara mereka menghormati orang-orang yang telah meninggal.

Salah satu tradisi utama dalam upacara pemakaman di Jepang adalah penggunaan kimono hitam oleh keluarga dekat dan kerabat mendiang. Kimono ini disebut sebagai “montsuki”, yaitu jenis kimono formal yang digunakan pada acara-acara resmi, termasuk pemakaman.

Selain itu, ada juga praktik “osoji” sebelum upacara dimulai. Ini adalah proses membersihkan rumah karena dipercaya bahwa roh-roh leluhur akan datang berkunjung selama upacara pemakaman berlangsung.

Seiring dengan perkembangan zaman, beberapa keluarga mungkin lebih memilih untuk menggunakan pakaian barat atau campuran antara pakaian barat dan kimono saat menghadiri upacara pemakaman. Namun, nilai-nilai tradisional masih tetap dijaga dengan baik dalam banyak kasus.

Upacara pemakaman di Jepang juga melibatkan konsep kebersihan serta persembahan makanan kepada arwah para leluhur. Sebagai simbol penghargaan kepada almarhum/almarhumah, keluarga biasanya menyiapkan hidangan favorit sang almarhum sebagai bentuk rasa hormat kepada mereka.

Budaya dan tradisi Jepang yang kental dengan nilai-nilai religius juga memengaruhi upacara pemakaman. Sebagian besar masyarakat Jepang menganut agama Shinto dan Buddha, yang menekankan pentingnya menghormati dan menghormati roh-roh leluhur.

Di antara ritual khusus yang dilakukan adalah penggunaan dupa, yang dipercaya dapat membersihkan ruangan dari energi negatif dan menenangkan roh-roh yang telah meninggal. Para tamu juga diminta untuk membawa bunga sebagai tanda penghormatan kepada almarhum/almarhumah.

Selain itu, ada juga tradisi “kotsuage” di mana keluarga dekat dan kerabat mendiang diminta untuk mengambil sebagian abu jenazah menggunakan sumpit dan menempatkannya di tempat persembahan di kuil atau rumah keluarga sebagai bentuk penghargaan terakhir kepada mereka.

Secara keseluruhan, budaya dan tradisi Jepang sangat mempengaruhi pelaksanaan upacara pemakaman. Meskipun beberapa praktik telah berubah dengan perkembangan zaman.

Tahapan-tahapan dalam Upacara Pemakaman di Jepang

Upacara pemakaman di Jepang memiliki tahapan-tahapan yang khas dan mengikuti tradisi serta keyakinan masyarakatnya. Tahap pertama adalah proses persiapan, dimana keluarga akan membersihkan tubuh almarhum dengan cermat, memandikannya, dan mengenakan pakaian khusus yang disebut “kafan”. Setelah itu, jenazah akan diletakkan dalam peti mati.

Tahap selanjutnya adalah upacara keagamaan. Biasanya terdapat dua jenis upacara pemakaman di Jepang yaitu Shinto dan Buddha. Dalam upacara Shinto, dilakukan ritual penyucian dengan air suci dan persembahan untuk roh leluhur. Sedangkan dalam upacara Buddha, dilakukan pembacaan sutra oleh seorang biksu atau pendeta.

Setelah upacara keagamaan selesai, tahap berikutnya adalah prosesi pemakaman menuju tempat pemakaman. Jenazah biasanya diantar menggunakan mobil jenazah atau kereta api khusus menuju tempat peristirahatan terakhirnya.

Sesampainya di tempat pemakaman, keluarga dan sahabat-sahabat dekat akan ikut serta dalam prosesi penguburan. Mereka melemparkan bunga melalui pintu gerbang sebagai simbol pamit kepada orang yang telah meninggal dunia.

Setelah penguburan selesai, keluarga biasanya berkumpul untuk acara pelengkap seperti makan malam bersama atau minum teh secara bersama-sama. Acara ini bertujuan untuk mengenang almarhum dan memberikan dukungan kepada keluarga yang ditinggalkan.

Terakhir, keluarga biasanya akan mengadakan upacara peringatan selama 49 hari setelah pemakaman, yang disebut “shijūkunichi”. Pada hari ini, mereka akan berkumpul kembali untuk memperingati almarhum dan memberikan penghormatan terakhir.

Tahapan-tahapan ini dapat sedikit berbeda tergantung pada kepercayaan dan tradisi masing-masing keluarga di Jepang. Namun secara umum, upacara pemakaman di Jepang merupakan kesempatan bagi keluarga dan sahabat-sahabat dekat untuk mengenang dan memberikan penghormatan terakhir kepada orang yang telah meninggal dunia.

Persiapan dan Pelaksanaan Upacara Pemakaman

Upacara pemakaman di Jepang adalah momen yang sangat penting bagi keluarga yang ditinggalkan. Sebelum pelaksanaannya, ada beberapa persiapan yang harus dilakukan untuk memastikan segala sesuatunya berjalan dengan lancar.

Salah satu persiapan utama adalah menentukan tanggal dan lokasi upacara pemakaman. Biasanya, upacara ini dilakukan dalam waktu tiga hingga tujuh hari setelah kematian seseorang. Keluarga juga perlu menghubungi kuil atau gereja terdekat untuk menyewa ruang dan melibatkan seorang pendeta atau biksu sebagai pemandu spiritual dalam prosesi upacara.

Selain itu, keluarga juga harus mempersiapkan baju yang akan digunakan selama acara tersebut. Dalam budaya Jepang, orang-orang mengenakan pakaian serba hitam lengkap dengan topi khusus yang disebut “zukin”. Baju seragam ini memiliki makna kesederhanaan dan penghormatan kepada orang yang telah meninggal.

Pada hari pelaksanaan upacara pemakaman, kerabat dekat berkumpul di rumah duka untuk memberikan dukungan moral kepada keluarga yang berduka. Mereka membawa hadiah simbolis seperti uang tunai sebagai bentuk penghargaan terhadap kehidupan si almarhum.

Setelah itu, prosesi menuju tempat pemakaman dimulai dengan membawa peti jenazah ke mobil jenazah secara hati-hati. Kemudian keluarga berkumpul di pemakaman untuk melakukan doa-doa dan prosesi terakhir sebelum jenazah dimakamkan.

Setelah pemakaman selesai, keluarga dan tamu yang hadir biasanya akan berkumpul kembali di rumah duka untuk menyantap makanan yang disebut “kuyou”. Makanan ini melambangkan rasa syukur atas kehidupan si almarhum dan juga sebagai bentuk penghormatan terakhir kepada mereka.

Ketika upacara pemakaman telah berakhir, keluarga biasanya masih melakukan ritual penghormatan kepada orang yang telah meninggal selama masa berkabung selama 49 hari. Ritual ini mencakup doa-doa dan pemberian bunga serta lilin di altar yang didedikasikan untuk si almarhum.

Upacara pemakaman di Jepang sangat dihormati dan dipandang sebagai momen penting dalam kehidupan seseorang. Oleh karena itu, persiapan dan pelaksanaannya dilakukan dengan penuh rasa hormat dan perhatian untuk menghormati kehidupan seseorang yang telah pergi.

Pentingnya Persembahan Makanan dalam Upacara Pemakaman Jepang

Salah satu aspek yang penting dalam upacara pemakaman di Jepang adalah persembahan makanan. Dalam tradisi Jepang, makanan memiliki makna simbolis dan merupakan cara untuk menghormati arwah orang yang telah meninggal.

Dalam upacara pemakaman di Jepang, keluarga atau kerabat dekat biasanya menyiapkan hidangan khusus yang disebut “oshōku”. Oshōku terdiri dari berbagai jenis makanan seperti nasi, ikan, daging, sayuran, dan sup. Setiap hidangan dipilih dengan cermat sesuai dengan keinginan arwah yang sedang dipuja.

Persembahan makanan ini tidak hanya sekadar sebagai tanda penghormatan kepada orang yang telah meninggal, tetapi juga diyakini bahwa melalui konsumsi makanan tersebut oleh para tamu dan anggota keluarga pada saat upacara pemakaman berlangsung dapat mempererat ikatan spiritual antara mereka dengan arwah yang sedang dipuja.

Makanan dalam upacara pemakaman di Jepang juga memiliki unsur keindahan seni. Biasanya hidangan-hidangan ini disajikan secara estetis dengan penuh perhatian terhadap detail seperti penataannya di atas meja persembahan atau altar rumah duka.

Hal ini menunjukkan betapa pentingnya nilai kesucian dan rasa hormat dalam budaya Jepang serta keyakinan akan hubungan kuat antara dunia roh dan dunia manusia. Melalui persembahan makanan, upacara pemakaman di Jepang menjadi sarana untuk menghormati, mengenang, dan memuliakan arwah orang yang telah meninggal serta untuk menguatkan ikatan antara keluarga dan arwah tersebut.

Dengan demikian, persembahan makanan dalam upacara pemakaman di Jepang bukanlah sekadar tradisi, tetapi juga merupakan sebuah ritual yang sarat dengan makna spiritual dan budaya yang kaya.

warung168

Asal Usul dan Sejarah Upacara Pemakaman di Jepang

Upacara pemakaman di Jepang memiliki akar sejarah yang panjang. Tradisinya telah ada sejak ribuan tahun yang lalu, dengan pengaruh dari agama-agama seperti Shintoisme dan Buddhisme. 

Dalam budaya Jepang, kematian dianggap sebagai perpindahan roh ke dunia lain yang lebih baik. Oleh karena itu, upacara pemakaman menjadi waktu untuk mengirimkan almarhum dengan cara terbaik agar mereka dapat menemukan kedamaian abadi.

Salah satu tradisi penting dalam upacara pemakaman di Jepang adalah pemberian persembahan makanan kepada orang yang meninggal. Makanan ini diyakini akan memberikan energi bagi roh almarhum selama perjalanan mereka ke alam baka (dunia setelah mati).

Selain itu, upacara pemakaman juga melibatkan ritual penyelamatan jiwa atau otsuya. Ritual ini dilakukan pada malam sebelum pemakaman resmi dimulai dan bertujuan untuk membersihkan roh almarhum dari dosa-dosanya.

Seiring berjalannya waktu, praktik-praktik dalam upacara pemakaman di Jepang telah berkembang sesuai dengan zaman modern namun tetap mempertahankan nilai-nilai tradisionalnya. Saat ini, orang-orang sering mengadopsi kombinasi antara adat istiadat Buddha dan Shinto dalam menyelenggarakan upacara pemakaman.

Upacara pemakaman di Jepang sangatlah penting karena merupakan bentuk penghargaan terakhir yang diberikan kepada orang yang telah meninggal.

Unsur-Unsur Penting dalam Upacara Pemakaman di Jepang

Dalam upacara pemakaman di Jepang, terdapat beberapa unsur-unsur penting yang melambangkan kepercayaan dan tradisi yang mendalam. Salah satu unsur utama dalam upacara pemakaman adalah altar persembahan atau “butsudan”. Altar ini digunakan sebagai tempat untuk menempatkan foto almarhum serta benda-benda suci seperti dupa dan lilin.

Selain itu, warga Jepang juga menggunakan pakaian khusus bernama “hakui” selama upacara pemakaman. Hakui ini umumnya berwarna hitam dan melambangkan kesedihan serta penghormatan kepada almarhum. Pakaian ini dipadankan dengan celana panjang hitam dan sepatu berwarna gelap.

Terdapat juga elemen penting lainnya dalam upacara pemakaman di Jepang yaitu buket bunga. Buket bunga ini biasanya terdiri dari bunga-bunga putih seperti mawar atau anyelir yang melambangkan kesucian dan penghormatan kepada almarhum.

Selain itu, air suci atau “mizutaki” juga menjadi bagian tak terpisahkan dari upacara pemakaman di Jepang. Air suci ini digunakan untuk membersihkan tangan sebelum memasuki kapel pemakanan sebagai simbol penyucian diri sebelum menghadiri acara tersebut.

Semua unsur-unsur penting dalam upacara pemakanan di Jepang memiliki makna tertentu bagi masyarakat setempat. Dengan mengikuti tradisi-tradisi tersebut, mereka menyampaikan rasa hormat serta penghormatan kepada almarhum secara mendalam.

Baca juga Upacara Pemakaman Suku Dayak

Perbedaan Antara Upacara Pemakaman Shinto dan Buddha di Jepang

Dalam budaya Jepang, terdapat dua jenis upacara pemakaman yang umum dilakukan: upacara pemakaman Shinto dan upacara pemakaman Buddha. Meskipun keduanya memiliki tujuan yang sama untuk menghormati orang yang telah meninggal, namun ada perbedaan signifikan antara keduanya.

Upacara pemakaman Shinto biasanya dilakukan oleh mereka yang menganut kepercayaan Shinto atau ketika seseorang tidak mempunyai agama formal. Upacara ini didasarkan pada kepercayaan bahwa roh orang yang meninggal harus dipisahkan dari dunia manusia. Selama upacara ini, keluarga akan membersihkan jenazah dengan hati-hati menggunakan air suci dan menyembuhkannya dalam busur pohon sakura atau bambu.

Sementara itu, upacara pemakaman Buddha lebih sering dilaksanakan oleh mereka yang beragama Buddha. Berdasarkan keyakinan agama ini, kedatangan seseorang di alam baka (alam setelah mati) sangat penting. Dalam uparita atau ritus penjelajahan akhir hidup sebelumnya menuju Nirwana (keadaan bebas dari kesengsaran), roh si mayat diberi pengampunan dosa-dosanya melalui mantra-mantra sutra dan doa-doa khusus.

Salah satu perbedaan lainnya adalah pakaian yang digunakan selama upacara. Pada upacara pemakaman Shinto, keluarga dan tamu mengenakan pakaian bergaya Jepang seperti kimono atau yukata. Sedangkan pada upacara pemakaman Buddha, pakaian yang digunakan biasanya adalah kimono hitam dan celana panjang untuk pria, dan kimono hitam dengan rok panjang untuk wanita.

Selain itu, dalam upacara pemakaman Buddha juga terdapat prosesi yang disebut Sankotsu. Prosesi ini melibatkan membawa tulang belulang dari mayat ke makam keluarga atau kuil Buddha sebagai bagian dari ritual pemakaman.


Meskipun terdapat perbedaan dalam upacara pemakaman Shinto dan Buddha di Jepang, keduanya sama-sama memiliki tujuan untuk memberikan penghormatan kepada orang yang telah meninggal dan mempersiapkan mereka untuk kehidupan setelah kematian.